Senin, 30 April 2012

Melukis Dalam Kegelapan

Malam itu, Lalu lintas surabaya padat sekali, seakan – akan dipenuhi oleh aktifitas pemuda – pemudi yang larut dalam euforia malam hari. Tak peduli akan keramaian transportasi malam, sepeda tuapun ku kayuh dengan penuh semangat hingga sampai pada suatu tempat yang menjadi pusat keramaian. Terdengar riuh suara musik karaoke yang akrab menyapa telingaku sebelah kanan dan kiri. Tanpa kusadari ternyata sudah lebih dari satu tahun aku bergelut dan berkecimpung dikawasan ini (kawasan prostitusi terbesar di salah satu sudut kota Surabaya).

hehehehe...... agak menyeramkan sihh!!! Namun ternyata banyak ilmu tentang kehidupan yg bisa aku ambil dari kawasan tersebut.

        Masih tersimpan dalam ingatanku bagaimana saat pertamakali aku menginjakkan kaki ditempat tersebut. Waktu itu, hampir semua mata sinis orang setengah sadar(mabuk) tertuju padaku, tak jarang pula siulan genit kupu – kupu tertuju padaku, hingga rayuan seorang mama (muchikari)pun datang layaknya seorang penjual yang mempromosikan produknya kepada pelanggan.

Namun kini semua terasa berbeda,...........

         Alhamdulillah, sudah tak pernah ada lagi hal seperti itu terjadi padaku lagi, kawasan tersebut seakan – akan terasa familiar bagiku. Tiap kali aku masuk kawasan itu, sudah tak ada lagi kupu – kupu yang ingin menggodaku namun sesekali menatapku dan memberikan senyuman yang santun. Bahkan Sering juga sejumlah orang tua memanggil anak kecil saat melihatku datang, dan yang membuatku terpikat berada dikawasan tersebut adalah rasa sayang dari anak – anak kecil.

Jika disana banyak orang menghibur diri dengan perempuan malam,
maka kami disana menghibur diri dengan membagikan ilmu pada anak – anak.

         Walaupun seringkali mereka menunjukkan rasa sayangnya layaknya kemanjaan anak kecil dengan ulah yang terkadang menjengkelkan, tapi mungkin justru itulah sifat dari anak – anak yang menjadi daya pikat. Terkadang hati kamipun terasa berat dan jenuh untuk berjuang di tempat tersebut. Namun rasa jenuh ini akan hilang dengan sendirinya ketika melihat senyum dan tawa anak – anak juga perubahan yang terjadi pada mereka.

Ya... PERUBAHAN,........

Masih ku ingat dan tertanam dihatiku.
           Dengan alasan perubahanlah yang melatar belakangi kami untuk berada dan bergerak dikawasan(prostitusi) tersebut. Memang tidaklah mudah untuk membuat perubahan pada masyarakat dikawasan tersebut, sehingga kami berfikir langkah awal yang harus dimulai yakni dengan memberi pendidikan dan pengembangan wawasan pada anak – anak didalamnya.

            Alhamdulillah hal itu telah kami lakukan disuatu wadah taman Baca’an, sebagai salah satu cara untuk memutus rantai prostitusi di surabaya.

            Karena alasan “PERUBAHAN” itulah yang kini menjadi tanggung jawab moral yang harus dikerjakan. Sempat teringat waktu itu aku telah menggumamkan janji dengan konsep - konsep perubahan yang telah aku wacanakan ditiap – tiap perkantoran dan instansi yang kudatangi, hingga akhirnya merekapun percaya padaku. Walhasil bantuan dan amanahpun mengalir yang pada akhirnya menjadi beban dipundakku. Sehingga untuk menjaga amanah dan mempertanggungjawabkannya, aku mulai langkah awal dengan memberikan sumbangsih pendidikan pada anak – anak di Taman Baca’an Kawan Kami yang dikelola oleh P. Kartono.

Alhamdulillah... walaupun sedikit, kini perubahan mulai terwujud kearah yang lebih baik. Meskipun banyak juga halangan yang harus kami sikapi dan hadapi.

              Sabtu itu saat aku memasuki taman baca’an, sontak suara riyuh anak – anak gemuruh menyapaku yang telah lama menunggu. Dengan manjanya mereka keluar ruangan menggandengku dengan mengajak ngobrol khas anak – anak. Waktu isya’pun datang maka dengan segera aku b eserta teman – teman pengajar lainnya (Remas Al Falah) mengajak anak – anak untuk sholat terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan. Walaupun perlu sedikit rayuan dan usaha keras untuk mengajaknya, Alhamdulillah sholatpun bisa terlaksana. Kami pun berharap suatu saat mereka bisa istiqomah dalam melakukan sholat dan sadar akan pentingnya arti sholat.

              Bagi kami, sholat adalah nilai utama yang harus kami tanamkan pada anak – anak. Karena Rosulullah SAWpun mengajari kita untuk menyuruh sholat pada anak – anak sejak dini. Apalagi sholat juga mampu mencegah pada perbuatan yang keji.
Bacalah Kitab (Al Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan ketahuilah mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(al-Ankabuut : 45 )

             Bila kita perhatikan ayat di atas ada 2 perintah yang mesti kita lakukan, pertama membaca Al-Qur’anul Karim dan kedua Mendirikan Shalat. Selanjutnya dengan jalan mendirikan Shalat secara otomatis kita akan dijaga oleh Allah SWT dari perbuatan keji dan munkar.

              Berdasarkan dari itulah, sehingga dalam konsep pengajaran pada anak – anak disana, kami tanamkan 3 prinsip mendasar yang sering kami kemukakan :
  1. Rajin Sholat
  2. Mau Belajar Ngaji
  3. Berprestasi
                Adapun cara yang kami tempuh untuk membuat anak – anak mengikuti 3 prinsip itu adalah dengan adanya pendekatan aktif beserta pemberian Reward/hadiah.


Alhamdulillahh...
               Sabtu itu, meskipun diluar riyuh dengan hingar bingar suara musik, namun sholatpun bisa terlaksana dengan baik oleh anak – anak, bahkan kemauan untuk sholat saat ini kian meningkat daripada di waktu awal kesana.
Setelah sholat selesai dilakukan, kami tidak membiarkan anak – anak berada diluar ruangan dan terpengaruh oleh buruknya lingkungan sekitar. Kamipun membuat kegiatan sendiri di Taman Baca’an tersebut, supaya anak – anak terfokus didalam dan kami arahkan pikiran mereka kepada hal – hal yang positif

                Karena saat itu hari sabtu, maka kegiatan yang kami jadwalkan adalah pelatihan komputer. Akibat terbatasnya jumlah laptop yang kami punyai, maka kegiatanpun kami bagi lagi sebagian ada yang berlatih power point, sebagian kita ajak bermain dan sebagian lagi kita ajak nonton film dengan judul “Surat Kecil untuk Tuhan”.

Bersama dengan kak Azwar, Novi dan Dewi, terus kami amati dan kondisikan apa yang dilakukan anak – anak tersebut. Disela – sela kegiatan tersebut sering kami sisipi dengan adanya pesan – pesan moral dan perluasan wacana mengenai etika hidup. Kami berharap dengan adanya kegiatan ini mampu mengubah paradigma pemikiran anak – anak. Karena apa yang mereka lihat dan apa yang mereka sentuh, itulah yang akan mereka pikirkan dan tertanam dalam hati.
Namun kami berfikir, apa yang telah kami lakukan disana masih belum bisa dikatakan berhasil dan belum cukup untuk membawa perubahan yang berarti. Meskipun dulu pernah menjadi pembina pramuka dan guru TPQ, ternyata kini saat berperan sebagai pengajar lepaspun mempunyai kesulitan yang jauh berbeda dari sebelumnya. Oleh karena itu kami masih sangat membutuhkan bantuan tenaga maupun pemikiran dan ide dari teman – teman untuk membuat perubahan diwilayah surabaya ini. Yang mana perubahan itu kami fokuskan pada generasi dan bibit – bibit baru, dengan harapan kelak mereka akan menjadi pribadi yang lebih baik.

                Tak mudah memang untuk membuat perubahan di surabaya, lebih – lebih lagi untuk menghilangkan prostitusi dari kota surabaya. Seperti melukis dalam kegelapan, warna apapun yang kita torehkan akan sangat sulit terlihat. Dan kita hanya akan bisa melihat hasil lukisan kita setelah datangnya fajar, disaat ada cahaya yang mulai datang.
Seperti halnya dengan yang kulihat dimalam itu selama bersepeda pulang dari sana. Aku melihat keatas tak kujumpai keindahan pelangi maupun pola awan yang tak beraturan. Semua terlihat hitam gelap,namun aku menemukan keindahan yang berbeda dalam kegelapan tersebut yaitu hadirnya gugusan bintang dan bulan sabit. Ya.... mungkin seperti itulah yang perlu kita hadirkan dalam menyikapi kegelapan hidup, perlu kita hadirkan banyak gugusan bintang (harapan) dalam naungan bulan sabit (keimanan). Kitapun berharap berawal dari pemberian pendidikan keagamaan pada anak – anaklah, sehingga nantinya akan terbentuk mindset/pola pikir baru yang lebih islami dan mampu menjadi bintang yang memberi penerangan dalam kegelapan.


Dalam perjalanan pulangpun, sempat terfikir olehku tentang masa – masa keemasan surabaya di masa lalu. Masa dimana terjadi perubahan drastis saat hadirnya masa islam di surabaya. Padahal waktu itu kebanyakan warga surabaya pada awalnya adalah pemabuk, penjudi, pecandu, pembunuh juga pezinah. Namun dengan hadirnya Sayyid Ali Rahmatullah / Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan falsafahnya yang dikenal dengan “Moh Limo” 1. Moh Main, yakni jangan main judi... 2.Moh Minum, yakni jangan minuman keras... 3.Moh Maling, yaitu jangan mengambil barang orang lain... 4.Moh Madat, yaitu jangan mabuk atau menghisap ganja atau morfin... 5.Moh madon, yaitu jangan berzina dengan wanita lain. Ternyata dengan falsafah tersebut Sunan Ampel mampu mengubah tatanan masyarakat surabaya disaat itu. Pinginnya sihh belajar banyak pada beliau, bagaimana saat beliau berproses mengenalkan dan menerapkan prinsip – prinsip islami di masyarakat surabaya. Sayang kita terpisah oleh rentang waktu yang amat jauh dengannya.

 Tapi tak apalah, meskipun saat ini sudah tak ada lagi Raden Rahmat / Sunan Ampel yang mampu mengubah surabaya menjadi lebih baik. Tak ada kata putus asa, karena masih ada kalian, teman – temanku yang hebat.....

Kami tahu sebenarnya kalian juga punya potensi yang hebat untuk membuat surabaya lebih baik....

Karena tak cukup 1 atau 2 bintang untuk menerangi kegelapan surabaya, melainkan butuh sangat banyak bintang! jadilah satu diantara gugusan bintang (harapan) tersebut lalu pancarkan cahaya kalian untuk kemanfaatan di masyarakat...

Teruslah bergerak sesuai dengan peran dan bidang keahlian didalam ranah kalian! kenalkan prinsip – prinsip islam yang akan membawa kehidupan lebih baik........

Kita semua telah tahu, saat ini kita hidup dalam kemajemukan dan pluralitas!
Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk mengikuti prinsip – prinsip islami!
Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk menerapkan falsafah “Moh Limo”!
              Tapi kita bisa membuktikan dan menjadi contoh.....
              Dengan mengikuti prinsip – prinsip islam, kehidupan kita bisa lebih baik...
              Dengan menerapkan falsafah “Moh Limo”, kita bisa ciptakan masyarakat yang bersahaja..

Ya Robb....
Terkadang kami tak cukup tahu dengan apa yang harus kami lakukan
Kami ragu dan tak cukup keberanian untuk membuat perubahan

Ya Hadiy (Wahai pemberi petunjuk)
Tunjukkan pada kami
Garis – garis yang membedakan 1000 warna kehidupan kami
Temukan warna yang bening dalam pikiran, perasaan, dan seluruh jiwa kami
Sebab dalam pandangan kami sudah dipenuhi warna abu – abu dan ketidak jelasan
Sehabis kami abai padaMu

Ya Warits (Yang maha mewarisi)
Wariskan dan Ajarkanlah pada kami....
Sesuatu yang pernah dilakukan Rosulullah SAW untuk membangun peradaban
Sesuatu yang pernah dilakukan Sunan Ampel untuk membuat surabaya jadi sentra keimanan
Sesuatu yang pernah dilakukan orang – orang terdahulu dalam membuat kebaikan

Ya Fattah (Wahai Pembuka hati).....
Sinarilah hati kami dengan cahayaMu
Sehingga kami mampu menjadi bintang harapan
Yang mampu memberikan cahaya dalam gelapnya kehidupan

Allahumma Sholli ‘Alaa Sayyidina Muhammad, wa ‘Alaa Ali Sayyidina Muhammad
Walhamdulillahi Robbil’Alamin

Berharap ada malaikat online
Tulisanpun akan dibawa pada sang pencipta
Supaya terkabul permintaan
          Berharap ada pembaca budiman,
          Tulisan dibaca, hatipun serasa terbuka
          Supaya sadar sekaranglah waktunya untuk membuat perubahan

Our special thanks to YDSF, BNI Syari’ah, KAMMI, Remas Al Akbar, Remas Al Falah, BONEKTIM(Chendol), mahasiswa ITS, UNAIR dan teman – teman lain yang telah membantu KAWAN KAMI.

Mohon bantuan do’a & semangatnya kawan.....
Terimakasih Sangatt......

By : Wahyu Ismail